Rabu, 1 Okt 2025
Kota Metro

Soal Acara Perayaan HUT Kota Metro, Baron : Pemkot Cuma Paham Seremonialnya Saja!

Metro – Pemerintah Kota (Pemkot) Metro dan jajarannya tidak nampak banyak berperan dalam memeriahkan Even Metro Fair, yang menjadi salah satu acara perayaan hari jadi Kota Metro.

Momen peringatan hari jadi suatu daerah, mestinya menjadi trend nasional dan atau internasional. Hal itu mengingat, seremonial itu merupakan objek sosialisasi identitas dan perkembangan daerah.

Salah seorang tokoh pemuda di Kota Metro, Aan Supriadi menyebut, para pejabat itu tidak begitu memahami esensi suatu seremonial. Mereka hanya paham sesi acara, tidak lebih.

“Pihak OPD dan unsur pemerintahan Kota Metro hanya paham seremonial. Tidak ada wujud peduli terhadap kemajuan sebuah daerah dan tidak peduli akan sebuah momen besar untuk masyarakat Kota Metro itu sendiri,” kata pria yang akrab disapa Baron itu, Selasa, 17/6/2025.

Menurut Baron, penilaian itu disampaikan bukan tidak mendasar. Momentum hari jadi daerah mestinya menyiratkan arti perjalanan hidup terdahulu, dan evaluasi kegiatan hidup di masa kini, serta strategi untuk kehidupan mendatang.

“Inilah yang dimaksud tiga dimensi waktu, menjadi perenungan bagi setiap hari jadi atau ulang tahun bagi siapapun, termasuk sebuah negara, daerah kabupaten atau kota, bahkan provinsi,” cetusnya.

“Pada momen seperti inilah kita memerlukan suatu tindakan dan jiwa besar untuk mengkaji dan mengkaji kembali, tentang apa-apa yang telah kita lakukan dan yang akan kita lakukan, sebagai antisipasi terhadap masalah-masalah yang sama, agar tidak muncul di masa mendatang,” timpalnya.

Baron menyayangkan, momen peringatan HUT Kota Metro yang mestinya berlangsung meriah dan kental dengan nuansa budaya, justru berlangsung tanpa ada kesan dan makna yang demikian.

“Upaya penanaman identitas daerah lewat festival budaya, pameran pembangunan, pameran pelayanan, pameran kamtibmas, pameran prestasi daerah, pameran potensi wisata, olahraga dan pendidikan, festival budaya lintas agama, semua dijadikan satu padu dalam rangkaian HUT Kota Metro. Bukan hanya upacara, paripurna dan tabur bunga,” cibirnya.

Kota Metro yang berwawasan pendidikan dan budaya merupakan strategi jitu, guna mengedepankan nilai-nilai luhur budaya yang selama ini ada dan berlangsung di tengah masyarakat Kota Metro.

Pemkot Metro harusnya, mampu menyuguhkan sentuhan yang dinamis dan kreatif dalam menempatkan nilai-nilai budaya tersebut, pun pada kegiatan pembangunan Kota Metro di masa kini dan mendatang.

“Tapi, kita bisa lihat sendiri hajat Kota Metro yang ke-88 tahun 2025 ini lebih buruk dari sebelumnya. Pertama, peran andil dari OPD Pemk Metro menganggap acara Metro Fair hanyalah kegiatan biasa seperti even seremonial,” paparnya.

“Panitia pelaksana telah memberikan surat undangan dan pemberitahuan untuk partisipasi. Namun pada kenyataannya, tidak ada yang menggubrisnya hingga sampai hari atau malam ke 7 Metro Fair, yang jatuh pada Selasa,17/06/2025,” timpalnya.

Lebih kurang, 27 stand yang disediakan panitia, hanya terisi 12, diantaranya : Stand RSUD Jenderal Ahmad Yani, Stand RS Mardi Waluyo, Stand RS Muhammadiyah, Stand Bank Mandiri, Stand Yamaha Motor, Stand Dinas Kominfo, Stand Bank Eka, Stand Bank Lampung, Stand Universitas Muhamadiyah, Stan BNI, Stand Bank Metro Madani, Stand Srikandi Mubaroq yang menyatu dengan toko alat pertanian, Stand Dinas Pertanian meski hanya memajang unit mobil Puskeswan dan Stand Dinas Kesehatan.

Kemudian, imbuh Baron, tenda UMKM disediakan sebanyak 39 unit, terisi hanya 11 unit. Di tengah acara, tenda-tenda tersebut kosong melompong, padahal beberapa OPD bahkan Sekretaris Daerah (Sekda) Bangkit Haryo Utomo kerap datang pada acara Metro Fair tersebut.

Baron melanjutkan, banyaknya stand yang kosong tersebut, mestinya unsur pimpinan daerah, forkopimda lebih peka dan saling berkoordinasi. Apa-apa saja yang memang harus dilakukan dalam momen ini, bukan hanya memahami seremoninya saja.

“Pameran Pelayanan dapat dibuat dan disuguhkan bagi masyarakat Kota Metro, dari sisi pelayanan administrasi kependudukan, perizinan, sosial, PPA dan lainnya, tanggung jawab dari Disdukcapil, PTSP, Dinsos, DP3A-P2KB, Unit SIM-SKCK-PPA Kepolisian,” bebernya.

“Pameran Kamtibmas, tanggungjawab TNI-Polri, Pol PP dan melibatkan ormas. Demikian juga dengan Pameran Prestasi Pendidikan, Wisata dan Olahraga yang menjadi tanggung jawab OPD dan sektor lainnya yang menyangkut ini,” tambahnya.

“Mana yang katanya Kota Metro ada banyak pembinaan UMKM, Balai Latihan Kerja hingga Kesenian dan Kerajinannya yang tersebar di 22 kelurahan se-Kota Metro? Mana katanya wujud pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan terbaik? Mana yang katanya kota segudang prestasi?, omong kosong!,” tegasnya.

“Inilah dasar bahwa memang tidak ada empati pihak Pemkot Metro dalam memaknai dan memeriahkan HUT Kota Metro, sebagai wujud perenungan dan identitas daerah, bersama dengan kepentingan masyarakatnya. Yang mereka tahu hanya sebuah program yang berujung meninggalkan jejak sebuah seremonial belaka,” tandasnya.(*)[BS-KA]



Baca Juga